Subholding Gas Pertamina, PT PGN Tbk tetap mendorong semua lini bisnis untuk memaksimalkan peran dalam periode transisi daya menuju daya terbarukan di Indonesia. Di era tersebut, terdapat beberapa potensi sinergi atau kerja sama untuk optimalisasi, diantaranya di sektor industri, PGN menyiapkan perlindungan pada kawasan industri untuk Eco Industrial Park/Estate dengan segi lingkungan (environment), sosial (social), dan tata kelola perusahaan (governance) yang dengan kondisi gas bumi lebih rendah emisi dan membawa nilai kalor gas sebesar 12.500 kcal/ kg, maka diinginkan dapat menambah daya saing kawasan.
“Konsep Eco Industrial tidak hanya mengejar keuntungan, tapi juga menyimak kebermanfaatan bisnis bagi lingkungan, masyarakat, dan pemerintah. Ini dapat menambah nilai perusahaan dalam jangka panjang
Dalam kesempatan tersebut, Faris mengatakan bahwa skala dan kapasitas yang lebih besar, Subholding Gas dengan mwnggunakan Flow Meter Solar berkomitmen untuk merampungkan program gasifikasi kilang supaya dapat menambah penggunaan gas bumi di sektor Kilang, dengan total potensi gas bumi yang bakal terutilisasi sekitar 351 BBTUD.
“Di tahun 2022 PGN melanjutkan proyek gasifikasi sebanyak 52 pembangkit berbahan bakar minyak di lokasi Indonesia sedang dan timur dengan gas alam cair (LNG). Untuk saat ini, program Quick Win sedang berjalan di PLTMG Nias dengan potensi penggunaan gas tidak cukup lebih 4,4 BBTUD,” ujar Faris.
Faris melanjutkan bahwa tidak benar satu trick percepatan program gasifikasi juga dapat menggandeng pemerintah daerah. Untuk itu, PGN siap untuk berpartisipasi dalam Program Pengembangan dengan menyasar prospek kawasan industri, komersial, dan komersial, yang bakal didistribusikan dengan gunakan CNG Trucking, LNG Trucking, maupun kereta api.
Potensi kerja sama lainnya yaitu pembangunan utilitas bersama, seperti yang sedang dikembangkan PGN dengan Jakpro. PGN dan Jakpro bakal membangun utilitas konstruksi pipa PGN bersamaan dengan proyek revitalisasi trotoar dan proyek SJUT di lokasi DKI Jakarta. Kerjas ama pembangunan utilitas dengan bakal dapat menciptakan efisiensi cost konstruksi.
“Selanjutnya kerja sama untuk pengembangan dan penyediaan gas bumi di kawasan hunian dan komersial di masyarakat, sebab manfaatnya dapat dirasakan langsung. Selain itu, juga untuk kawasan industri yang demand-nya lumayan tinggi. Gas bumi dapat dikembangkan untuk penyediaan daya lainnya dengan BUMD sebagai added value, seperti chiller, cold storage, dan truk sampah berbasis CNG,” mengerti Faris.
Untuk program jaringan pipa gas tempat tinggal tangga (Jargas) 4 juta sambungan tempat tinggal (SR), Roadmap Subholding Gas dilakukan dengan sejumlah penetrasi, yang tidak benar satunya adalah kerja sama dengan PT KAI.
Kerja sama ini bakal gunakan kereta api logistik untuk mengangkut LNG dari sumber-sumber untuk dapat salurkan ke beragam titik wilayah, lantas diregasifikasi untuk melayani tempat tinggal tangga dan pelanggan kecil/ UMKM.
“Di segi lain selamanya mengembangkan CNG untuk tempat tinggal tangga maupun UMKM. CNG pun berpotensi untuk kerja sama pengembangan mother station atau SPBG Bersama untuk utilisasi stranded gas dan pemenuhan BBG untuk transportasi darat,” mengerti Faris.
Di hulu tetap terdapat stranded gas yang belum terutilisasi, tetapi di hilir juga tetap banyak tempat tinggal tangga hingga kawasan industri yang belum ada infrastruktur gas bumi. Keadaan berikut jadi potensi investasi dengan dan value creation dalam rangka menstimulus perkembangan wilayah, apalagi menciptakan tipe hidup yang lebih modern.
“Untuk menyukseskan industri 4.0 dan digitalisasi, PGN juga terbuka untuk kerja sama jaringan telekomunikasi dan fasilitas ICT,” imbuh Faris.