Hasil penelitian Setuju Street Asia yang diuraikan ke lebih dari 1.000 UMKM di beberapa propinsi di Indonesia dalam dialog panel “Indonesia Privat Equity Venture Capital (PE-VC) Summit 2022” memperlihatkan, sekarang ini dompet digital (e-wallet) sebagai sistem pembayaran ke-2 yang paling disukai, sesudah uang kontan, oleh beberapa customer usaha UMKM masing-masing sejumlah 25 % dan 72 %. Dan untuk aktor UMKM sendiri, pemakaian dompet digital dipandang semakin nyaman daripada pemakaian service perbankan tradisionil.
Argumen paling besar karena pemakaian dompet digital mempermudah dalam penyediaan barang, pengatasan transaksi bisnis dengan konsumen setia, dan transfer uang dengan beban ongkos yang lebih efektif dibandingkan pemakaian service bank. Mengetahui akan ada kenaikan kekuatan pemakaian service keuangan digital membuat LinkAja makin perkuat suportnya dalam memberikan fasilitas keperluan ke-2 segi sekalian, yakni merchant dan customer di pada suatu ekosistem rantai suplai yang disebut partner usaha LinkAja.
Sekarang ini LinkAja tengah memberikan fasilitas transaksi bisnis keuangan digital dalam ekosistem rantai suplai pada usaha DigiPOS (Telkomsel), Sampoerna Ritel Community (SRC), dan akan menduplikasikannya ke beberapa ekosistem partner vital yang lain, khususnya rantai suplai BUMN.
“Dengan fokus pada ekosistem itu, kami percaya dapat merealisasikan unit economics yang bagus. Dalam beberapa bulan akhir saja, kami menyaksikan ada kenaikan pada CLV (konsumen lifetime nilai) dan pengurangan CAC (konsumen acquisition biaya).
Lalu, dengan jadi penyambung di antara merchant dan konsumen setia, LinkAja bukan hanya memberikan fasilitas kegiatan transaksi bisnisnya saja, tapi juga memungkinkannya principal untuk dapat ketahui lebih jauh mengenai beberapa merchantnya, misalkan KYC dan kekuatan keuangannya. Ini memungkinkan LinkAja untuk meluaskan sarana servicenya berbentuk pendanaan,” kata PLT CEO LinkAja Wibawa Prasetyawan, dalam info tercatatnya.
Service pendanaan yang diperkirakan oleh LinkAja akan direalisasikan lebih dulu dalam ekosistem rantai suplai usaha yang digerakkan oleh usaha BUMN, khususnya di tingkat UMKM.
Ekosistem ini mempunyai resiko yang lebih rendah karena ada visibility dari data transaksi bisnis pembayaran dan jalinan yang kuat dengan BUMN sebagai principal. Pola itu searah dengan taktik usaha, dan konsentrasi LinkAja untuk selalu merealisasikan misi mengakselerasi inklusi keuangan di Indonesia lewat servis keuangan berbasiskan tehnologi digital. Dengan misi besar itu dan konsentrasi LinkAja dalam mengatur esensial usaha, akan membuat path to keuntunganability jadi lebih terang dan mempunyai imbas yang semakin besar.
Berkenaan perubahan pembayaran electronic sejak diregulasi oleh Bank Indonesia lebih satu dasawarsa lalu, Chief of Executive Officer Berdikari Capital Indonesia Eddi Danusaputro memberi penglihatannya sebagai aktor jasa bidang keuangan. “Kecepatan pengadopsian tipe transaksi bisnis electronic di tengah-tengah warga Indonesia yang tinggal di beberapa kota tier 1 berbeda pesatnya dengan warga di daerah yang lain.
Tehnologi dan infrastrukturnya benar-benar punya pengaruh, misalkan dalam soal pemilikan dan pemakaian smartphone,” katanya. Selanjutnya, dia menambah jika dalam sudut pandang investor, besaran keuntungan yang didapat dari service pembayaran sangat kecil atau bahkan juga nyaris kosong, tetapi mengetahui jika service ini ialah keperluan setiap hari, karena itu jadi cara yang pas untuk tumbuhkan pangkalan konsumen setia.
Baca Juga: cara membuka blokir wa tanpa diketahui pemiliknya
Sumber: teknokrad