Semakin pertambahan usia, anak akan tumbuh menjadi khusus yang berani dan mandiri. Meski terdengar positif, kadang waktu fase ini juga mengakibatkan anak makin berani melawan dan suka membantah orangtuanya.
Anak akan ringan menjelaskan “tidak” sementara disuruh mandi, makan, sampai kabur berasal dari formalitas tidur siang. Tidak sedikit orangtua yang pada kelanjutannya menjadi marah-marah dan nyaris menyerah bersama sikap si kecil yang suka membangkang.
Padahal sebetulnya, emosi dan marah-marah bukanlah cara terbaik untuk hadapi anak suka membantah atau melawan. Justru, orangtua harus memberikan perhatian secara penuh supaya anak tumbuh menjadi anak penurut. Lalu, bagaimana caranya? Yuk, pelajari lewat ulasan berikut ini.
Anak suka membantah: anggota berasal dari fase tumbuh kembang anak
Tidak sedikit orangtua yang tidak sabaran dan cepat emosi sementara anak tidak melakukan perintahnya. Padahal, sesungguhnya tidak seluruh fase penolakan merupakan menandakan bahwa anak Anda tumbuh menjadi seorang pembangkang atau suka melawan.
Pembawaan melawan dan membantah merupakan anggota berasal dari tumbuh kembang anak, kebanyakan dimulai sejak umur balita sampai remaja. Hal ini merupakan bentuk pertahanan diri anak pada kondisi mengancam yang tidak ia sukai.
Anak kebanyakan mulai berani membalikkan omongan dan tidak mematuhi perintah orangtua, guru, maupun orang dewasa lainnya. Misalnya sementara Anda menyuruhnya tidur siang, anak akan menampik dan senantiasa lanjut bermain tanpa memedulikan ocehan Anda.
Namun, harus dipahami juga bahwa tidak seluruh perlakuan anak dapat dicap sebagai aksi perlawanan atau pembangkangan. Pasalnya, ini bisa saja menandakan bahwa si kecil sedang fokus pada suatu aktivitas yang ia sukai dan tidak dapat diganggu.
Ambil semisal pada persoalan tadi, anak tentu menampik tidur siang dikarenakan ia sedang asyik bersama mainannya. Apabila Anda menyuruh anak pada sementara ia sedang santai, maka bisa saja saja si kecil akan langsung menurut tidur siang tanpa harus ritual marah-marah atau kejar-kejaran pernah bersama orangtuanya.
Cara mendidik anak suka membantah dan melawan
Menghadapi anak suka membantah dan melawan sesungguhnya dapat bikin kita darah tinggi. Namun makin dimarahi, anak tidak akan melunak tapi jadi akan makin keras melawan dan membiarkan hasrat Anda.
Justru, cara terbaik untuk hadapi pembawaan anak yang satu ini adalah bersama membicarakannya baik-baik. Ini bukan berarti bahwa Anda menyerah dan membebaskan anak tetap melawan, tapi justru menandakan bahwa Anda sayang dan perhatian.
Cara terbaik mendidik anak suka membantah dan melawan tanpa harus emosi adalah sebagai berikut:
1. Pahami hasrat anak
Orangtua juga tidak boleh memaksakan kemauan sendiri dan membiarkan perasaan anak. Anda juga harus paham apa yang sedang dirasakan anak supaya ia melawan dan membantah perintah Anda.
Coba cari paham penyebab mengapa anak kerap membiarkan perintah Anda. Apakah hasrat Anda merupakan hal yang tidak ia sukai? Atau apakah ia kerap menentang disaat sedang sibuk dan tidak dapat diganggu?
Tanyakan baik-baik pada si kecil bersama penuh kesabaran. Tanpa harus marah-marah, anak akan mengungkap kemauannya bersama sendirinya.
Kalau dibicarakan baik-baik, anak akan lebih ringan berkata jujur bahwa ia sedang lelah supaya tidak rela membereskan mainannya. Sementara kecuali Anda membentak, anak jadi akan makin melawan dan tidak dapat dikendalikan.
Sebelum menyuruh atau berharap tolong anak, menyesuaikan juga bersama kebolehan anak. Seorang anak umur 5-6 th. bisa saja akan ada masalah membereskan kamarnya sendiri, menjadi sebaiknya memberikan tugas yang lebih simple layaknya membereskan mainan.
2. Pilih peristiwa yang tepat
Selain perhatikan kebolehan anak, menentukan peristiwa yang pas juga dapat menunjang meredam pembawaan anak suka membantah dan melawan. Hindari situasi-situasi sementara anak dirasa paling kerap membiarkan perintah Anda.
Misalnya, Anda paham bahwa si kecil ada masalah diatur sementara sedang lapar. Sebagai solusinya, coba biarkan anak makan sampai kenyang kemudian barulah Anda boleh berharap tolong anak melakukan sesuatu.
Begitu juga sesudah pulang sekolah, anak kebanyakan udah lelah bersama aktivitas di sekolah. Sebaiknya menjauhkan berharap tolong anak di sementara ini dan rubah ke sementara lain yang lebih luang.
3. Berikan semisal yang baik
Ingat, anak adalah peniru ulang. Ia akan menyerap dan ikuti apa pun yang ia lihat.
Kalau Anda mengidamkan miliki anak yang santun dan berperilaku baik, maka berikanlah semisal yang baik pula. Kalau Anda hadapi anak suka membantah bersama marah-marah, maka jangan heran kecuali si kecil juga akan tetap melawan perintah Anda.
Saat mengidamkan berharap tolong pada anak, sampaikan bersama lembut tanpa harus pakai urat. Katakan padanya, “Kalau udah selesai main, tolong dibereskan lagi, ya,” daripada mengucapkan, “Cepat bereskan mainannya. Kamu harus tanggung jawab!”4. Buat kesepakatan bersama
Pastikan anak Anda paham sama juga apa yang boleh dan tidak boleh ia lakukan. Beri tahukan juga berkenaan konsekuensi yang harus anak menerima kecuali ia melakukan hal-hal yang dilarang didalam rumah.
Misalnya anak mulai berkata kasar dan melawan perintah Anda. Pertama-tama, ajarkan anak untuk berharap maaf dan sampaikan bahwa itu prilaku tidak sopan.
Setelah itu, buatlah kesepakatan bersama bersama anak berkenaan konsekuensi apa yang harus ia menerima kecuali ulangilah hal yang sama. Contohnya memperoleh time-out alias berdiri sepanjang 15 menit di pojok tembok, tidak boleh nonton TV seharian, atau harus menunjang membereskan mainan.
Jangan lupa memberikan penghargaan bila si kecil sukses mematuhi kesepakatan tersebut. Jadi, anak akan paham kenapa ia harus patuh dan tak kembali berani melawan.
5. Berikan pilihan
Terkadang, anak suka membantah dan melawan dikarenakan ia juga mengidamkan berpendapat. Namun sesudah ia memperoleh omelan berasal dari orangtuanya, anak jadi mulai terancam dan berupaya melawan demi melindungi dirinya sendiri.
Nah, keliru satu cara terbaik untuk menangani anak suka membantah adalah bersama memberinya peluang berpendapat. Misalnya sementara anak sibuk bermain tapi harus menyelesaikan PR-nya agar mendapat beasiswa, coba memberikan pilihan. “Kamu rela lanjut main sepanjang 30 menit dan sesudah itu mengerjakan PR, atau saat ini mengerjakan PR pernah biar dapat main sepuasnya?”
Di sini, anak akan studi berpendapat dan memutuskan sesuatu untuk dirinya sendiri. Bantu si kecil menentukan pilihannya bersama menyampaikan kelebihan dan kekurangan masing-masing opsi tadi.